MUI Provinsi Sumatera Utara Ajarkan Pentingnya Ukhuwah Islamiyah dalam Menciptakan Kerukunan
3 min readDeli Serdang -Bidang Ukhuwah/Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara kembali melaksanakan Pembinaan masyarakat Desa di Kantor Desa Pantai Labu Pekan, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sabtu 28 Dzulqaidah 1444 H / 17 Juni 2023.
Sebelumnya kegiatan yang sama telah dilakukan di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Sicanggang, Kabupaten Langkat pada 10 Juni 2023 lalu.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Bidang Ukhuwah Islamiyah MUI Provinsi Sumatera Utara mengangkat tema:
Melalui Pembinaan Masyarakat Desa Ukhuwah Islamiyah Kita Wujudkan Indonesia yang Damai.
Diawali dengan pembacaan Tilawatil Qur’an, oleh Saudara Husein Spd. I serta dilanjutkan pembacaan do’a oleh Ust Muhammad Ramli, Spd.I selaku Ketua MUI Kecamatan Pantai Labu.
Drs M. Hatta, M.Si selaku Ketua Panitia melaporkan bahwa peserta yang mengikuti pembinaan sebanyak 40 orang dilaksanakan selama dua bulan mulai 17 Juni 2023 sampai dengan 12 Agustus 2023 dengan durasi 6 (enam) kali pertemuan.
Ketua MUI Kabupaten Deli Serdang diwakili Sekum H. Waluyo memyampaikan
Saya sangat mengapresiasi program Bidang, Komisi Ukhuwah Islamiyah DP MUI Provinsi Sumatera Utara, betapa tidak dari 33 kabupaten / kota Deli serdang terpilih salah satunya, “ujar H. Waluyo.
Waluyo berharap bahwa 17 Agustus tahun 2045 adalah Indonesia Emas, kita berharap perahu besar Indonesia ini masih tetap ada, tugas kita, tugas generasi muda, tugas kita bersama termasuk warga dan generasi desa Paluhsibajilah salah satu yang akan mengawal NKRI ini.
Sambutan Ketua Umum MUI Sumut, Buya Dr. H. Maratua Simanjuntak sekaligus membuka acara.
Ada tiga macam Ukhuwah
1. Ukhuwah Basyariah
Yakni persaudaraan
Sesama manusia.
2. Ukhuwah Wathaniyah
Persaudaraan
Sebangsa dan setanah
air.
3. Ukhuwah Diniyah,
Bersaudara di dunia
Bersaudara di akhirat.
Dr. H. Maratua menjelaskan bahwa menjelang tahun 1945 ada 9 panitia persiapan kemerdekaan 8 dari 9 panitia adalah beragama Islam, satu yang non muslim, betapa besar peran umat Islam dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
Sudah sepantasnya kita rawat NKRI dengan saling menjaga Ukhuwah, bila ada yang mengusik dan mengganggu agama dan bangsa Indonesia wajib kita bela dengan segenap jiwa raga.
Beliau melanjutkan ada 2 hal penting.
Pertama, Manhajul Fikri yakni cara berfikir bagaimana mewujudkan Ukhuwah Islamiyah, jangan biarkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab mengembangkan cara berfikirnya Muhammad itu wujud Allah.
Kita semua jangan berfikir tentang wujud Allah, kalau ada yang menyamakan Nabi Muhammad dengan Allah, maka MUI, Ormas-Ormas Islam dan kita semua harus menentangnya.
Kedua, Manhajul Hikmah yakni cara bertindak.
Cara bertindak ada empat:
Tarahum (berkasih sayang).
Tawazun (Adil)
Ta’awwun (saling tolong menolong)
Terakhir yakni Tasamuh (toleransi).
Saat ini kita terusik bahwa ada orang dan golongan yang terang-terangan benci kepada Islam, muncul paham komunis yang anti agama.
Islam adalah Rahmatan Lil Alamin sebagai pondasi dalam mewujudkan kesatuan dihadapan peserta pembinaan masyarakat desa Paluhsibaji kecamatan Pantai labu, ” ujar Buya Maratua.
Dr. H. Abdul Rahim, M. Hum pemateri pertama menyampaikan :
Islam Rahmatan Lil Alamin Sebagai Pondasi Ukhuwah Dalam Mewujudkan Kerukunan.
Islam Rahmatan Lil Alamin memiliki makna bahwa Islam adalah agama yang hadir dengan membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi alam semesta.
Ukhuwah Islamiyah merupakan persaudaraan antar sesama umat Islam dengan menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai landasan utamanya sehingga mampu membangun masyarakat yang ideal, yang damai dan sejahtera.
Kerukunan adalah suasana di mana antara sesama manusia, secara individual atau kelompok terjalin saling pengertian dan kebersamaan tanpa terhalang oleh perbedaan yang bersifat materi, paham, atau golongan, “tegas Abdul Rahim.
Dr. Winda Kustiawan, MA, menyampaikan materi :
Ukhuwah Islamiyah dalam Narasi kerukunan dan Moderasi Agama.
Winda menjelaskan, Indikator Moderasi Beragama
1.komitmen Kebangsaan
2.Toleransi
3.Anti kekerasan dan Radikalisme.
4. Akomodatif Terhadap Budaya Lokal.
Bentuk-Bentuk Moderasi Beragama.
Moderasi agama adalah cara berfikir, bersikap dan berprilaku seimbang dan tidak fanatik terhadap agama yang diyakini.
Moderasi dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Wasathiyyah yang artinya berimbang, di tengah-tengah, dimaknai dengan memilih jalan tengah.
Moderasi Beragama sebagai sikap beragama,”pungkasnya.
(S.Hadi Purba)